안녕하세요^^!!

안녕하세요 ^^!!
Welcome to my blog!!
Ryeowook and Yoseob's biased!!

Selasa, 28 Agustus 2012

[ONESHOOT] Your Letter

Title       : Your Letter
Author  : @_helloimiga
Genre   : Romance, AU
Rate       : Teenager
Length  : Oneshoot
Cast       : Kim Myungsoo, Son Naeun, and other
POV       : Mix(Naeun and Author)
Backsound          : BoA – Only One, Beast – When I Miss you

Happy Reading :D

(Naeun’s POV)

Aku masih terduduk dalam diamku. Menatap lautan Jingga diatasku. Goresan indah itu adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling indah. Menampilkan gradasi warna yang tiada bandingnya. Beberapa kelompok burung melewati atasku menuju laut didepanku. Seperti tertawa saat melihat mahluk Tuhan yang lainnya sedang terdiam sendiri.
Menutup mataku rapat rapat. Lautan nan biru itu sudah berubah menjadi jingga. Menampilkan detik detik terakhir sang Surya dari paraduannya. Aku tertegun saat itu, memori memori dulu bagaikan terputar lagi dalam ingatanku. Tak satupun dari memori itu pudar dan tenggelam bersama masa masa kelam dulu.
Aku meringis kecil. Mengigat bagaimana sesaknya hatiku dulu. Tentang bagaimana cerita cinta itu teputar dalam kehidupanku. Bagaimana cinta itu juga menjadi sebilah pisau yang menggores luka pada hatiku… Walau aku tahu, aku hidup dengan cinta….karena mereka seperti oksigen dalam kehidupanku.

~Your Letter~

Beberapa tahun yang lalu saat aku masih mengenakan seragam Sekolah Menengah Keatasku…

Sayup sayup aku mendengar suaramu, membuat desiran kencang pada hatiku. Aku kini seperti kertas, saat angin datang akan terbang kesana dan kemari….suaramu bagaikan sebuah angin dalam hidupku. Membuat bulu kudukku berdiri hingga kau berhenti pada bait terakhir…
Aku tahu saat itu, kau bukan hanya objek kehidupan dalam hidupku. Kau bagaikan sebuah tambang emas yang setiap orang ingin menginginkannya. Dia tersenyum saat mengakhiri lagunya. Meletakkan gitar kesayangannya kesamping lalu menundukkan badannya.
Sorai sorai dan tepuk tangan menjadi pemandangan sore itu. Laki laki itu memiliki sebuah pesona yang membuat siapa saja akan betekuk lutut.

Saat mata kami beradu pandang saat itu juga, dia tersenyum. Melambaikan tangannya padaku. Aku membalasnya. Terkadang, saat seperti ini aku selalu bersalah pada diriku sendiri. Tak sepantasnya aku memiliki perasaan ini. Perasaan yang membuat persahabatan kami pecah kapan saja. Aku tersenyum samar….. sesakit apa hati itu, aku akan berusaha untuk menutupinya…

                “bagaimana penampilanku tadi?”
                “kau hebat!”
                “bukankah kau juga bisa bernyanyi? Kenapa kau tak mencobanya?”
                “tidak…”

Aku tersenyum kecil saat melihat kerucut kecil dibibirnya. Beberapa kali aku menolak saat dia mengajakku untuk bernyanyi bersamanya. Aku menatap lautan jingga di atasku. Dia menghentikan langkahnya. Mengikuti apa yang aku lakukan.
                “Aku selalu tidak mengerti kenapa kau menyukai hal ini…”

Aku tersenyum simpul, aku memang menyukai saat seperti ini –saat langit biru itu berubah menjadi jingga. Dengan beberapa pesona nan elok yang di ciptakan-Nya.
                “Terkadang aku berpikir aku ingin menjadi burung. Terbang tinggi melintasi garis garis Jingga itu…”
                “burung? Kenapa kau tidak pernah berpikir Naeun-ya? Apakah mereka juga ingin menjadi burung? Harus terbang cepat dan tinggi saat beberapa pemburu datang. Harus mencari tempat tinggal yang baru saat sarangnya rusak. Harus mencari tempat berteduh saat hujan datang…..Kenapa kau tidak berpikir untuk terima kasih kepada Tuhan saat menciptakanmu seperti ini?”

Laki laki itu berjalan menjauhiku. Aku sadar saat itu…kau telah beranjak menjadi seorang laki laki dewasa. Kau bukan hanya menjadi tambang emas saat ini. Kau sudah menjadi emas murni. Hingga siapa saja orang ingin sekali memilikimu.
Punggungnya yang kekar menghilang begitu saja dari manik mataku. Menyisakan siluetnya yang semakin lama menghilang ditikungan. Dia adalah Kim Myungsoo….dia adalah orang yang aku cintai ahhh bukan….dia adalah sahabat terbaikku…


Surat, Bunga dan coklat menjadi isi lokermu pagi itu. Sosok itu menjadi lebih populer saat kami memasuki tahun ke dua sekolah ini. Dan seperti tradisi sekolah ini, kami akan selalu membaca secarik surat yang paling disukai oleh orang yang paling populer disekolah ini.
Myungsoo keluar dari kelasnya saat jam pelajaran telah usai. Menegeluarkan secarik kertas dari sakunya.
                “Apakah itu yang terbaik?” Hyuna, ketua geng sekolah itu mulai bersahut. Seluruh sekolah tahu dia sudah menyukai Myungsoo saat laki laki itu masuk dan bersekolah di tempat ini. Dan sudah menjadi rahasia umum. Setiap pagi dia akan memberikan sebuket bunga, belembar lembar kertas dan coklat yang paling mahal untuk Myungsoo.

Myungsoo bergumam, mengacuhkan pertanyaan Hyuna. Aku terkikik pelan, Myungsoo memang tidak menyukai perempuan itu.

Aku melihatnya dari jarak yang cukup jauh namun masih dapat mendengar suaranya saat membaca bait demi bait surat itu. Aku sedang tidak bermimpi. Telingaku tidak salah menangkap. Sungguh aku mendengar laki laki itu berucap dengan sangat jelas. Surat yang dibacanya adalah surat yang aku berikan untuknya..

                “Aku diam membisu, menatap punggungmu yang pergi menjauh. Kini kau bagaikan permata dengan semua sinar dan pesonamu. Detak jantungku berdetak tidak normal saat kita beradu pandang. Kita bertemu setiap saat. Namun lidahku kelu saat aku ingin mengungkapkannya.
 Tidak peduli semua rintangan yang menghalangiku saat ini. Aku menyelam pada palung yang sangat dalam. Palung cintamu. Aku takut aku tidak bisa kembali ke permukaan. Aku takut saat tabung oksigenku habis…Tapi itu tidak masalah sekarang, Karena aku telah mengungkapkan kalau aku mencintaimu….”

Detak jantungku masih berdetak cepat saat bibirnya mengatup rapat. Dia memasukkan kembali surat itu pada kantung blazer-nya. Berjalan kearahku lalu merangkul punggungku.
                “bagaimana menurutmu??” tanyanya kemudian. Masih dengan tangannya yang bergelayut pada punggungku. Aku menelan ludahku sulit. Laki laki ini membuat desiran pada jantungku semakin menjadi. Aku tersenyum kikuk.
                “a-apa maksudmu….?”
                “tentang surat itu…..bukankah kata katanya sungguh manis.. menurutmu siapa penulisnya…??” Langkah kakiku terhenti saat itu juga. Membuatnya tak urung menatapku binggung. Alis matanya saling bertautan membentuk satu garis lurus.
                “Naeun…apakah kau mendengarku?”
                “a-ahh tentu saja, mmm siapapun dia. Aku yakin dia pasti sangat mencintaimu…”
                “aku tidak peduli dengan cinta. Aku pikir dia adalah wanita gila seperti Hyuna. Aku tidak tertarik dengan wanita seperti itu” Hatiku berlonjak saat itu juga. Setetes air mata itu hampir saja turun kalau aku tidak mencoba menahannya. Punggung laki laki itu masih tetap saja kokoh didepanku. Perlahan namun pasti dia berjalan pergi meninggalkanku.
                “Myungsoo!!! Siapapun dia dan dimanapun dia berada. Seharusnya kau tahu. Dia adalah wanita. Kau bisa saja berbicara dia wanita gila. Tapi dia tetap wanita Myungsoo-ya. Hatinya rapuh. Kau tidak bisa berpendapat dia baik baik saja kapan saja. Mereka mencoba tersenyum bahkan saat hatinya merasa perih sekalipun” Dia berbalik lalu menatapku.
Aku tersenyum. Berbalik lalu meninggalkannya. Aku sedih dan juga senang. Setidaknya secara tidak langsung aku sudah menyatakan perasaanku bukan?


Esok harinya, seperti biasa kami menunggu ‘sang Raja sekolah’ membacakan suratnya. Teriakan wanita tak lepas dari pemandangan hari itu. Aku menajamkan pendengaranku saat Myungsoo mencoba mengucapkan suratnya. Ototku melemas saat itu juga. Dia membaca suratku lagi.
Aku tidak tahu mengapa. Sebuah asa yang selalu aku pendam. Aku tidak pernah mengNaeunpkan sepucuk suratku akan dibaca laki laki itu mengingat aku selalu mengiriminya surat sejak kami duduk dibangku pertama. Setiap hari, hingga sekarang.
               
“Kini aku semakin yakin, langkahmu terlalu lebar bahkan ketika aku sudah mempercepat langkah ini. Lututku lemas. Aku sudah menyerah bahkan ketika aku belum memulainya. Hatiku sesak penuh ribuan bunga saat tahu bait per bait suratku terucap dari bibir indahmu.
                Tapi bunga itu cepat gugur dan layu bahkan sebelum aku melihat keindahannya. Sosokmu yang begitu dingin dan membuatku membeku saat aku mencoba mendekatimu. Kau seperti menolakku, Meninggalkanku……”

Myungsoo memasukkan kembali surat itu pada saku celananya. Aku menatapnya dan sedetik kemudian dia juga menatapku. Dia menatapku dingin. Merundukan kepalaku dalam dalam lalu berjalan pergi meninggalkannya. Saat aku menatapmu, semakin sulit membuatku untuk melepaskanmu saat waktunya telah tiba….

                “Naeun!!!” Aku membalikkan tubuhku, menatap sosoknya yang berlari terengah enggah menuju tempa aku berdiri.
                “A-aku mencintainya….!!!! Aku membaca suratnya berulang ulang dan ada sesuatu yang aku rasakan setiap aku membaca tiap katanya. Ini gila mengingat aku hanya membaca suratnya saja!! Tapi aku benar benar mencintainya Naeun-ya!!! Sungguh!!”
Aku menatapnya sayu. Senang? Tentu saja! Baru saja laki laki yang aku cintai mengungkapkan perasaanya walau tidak langsung. Tapi itu sama saja ketika seseorang yang kau suka tidak tahu bahwa dirimulah orang yang dia maksud. Hatiku sesak, bagaikan di tonjok dan ditampar secara bersamaan.
                “Naeun!! Kau mendengarkanku??”
                “n-ne… tentu saja…” Dia tersenyum. Wajahnya terlihat berbinar binar seolah baru saja mendapatkan sebuah harta karun yang beribu ribu tahun dia cari.
                “Aku Naeunp kau bisa membatuku mencari wanita itu….”


Alunan lagu Only one milik BoA itu terus mengalun. Membuatku tenggelam disetiap baitnya. Didepanku terpampang lautan luas nan Jingga, terpantul dari sang surya yang akan kembali keparaduannya.
                “Aku bisa berlari saat ini juga dan mengatakan semuanya padamu…tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin semua ini berakhir sampai disini. Aku masih ingin melihatmu menatapku dengan wajah berbinar binarmu itu. Aku masih ingin mendengarmu mencurahkan isi hatimu tanpa ada beban sedikitpun…” gumamku. Sedikit melonggarkan dasi sekolah yang aku pakai. Mengingat aku tidak pulang kerumah setelah pulang sekolah dan langsung pergi ke pantai –satu satunya tempat yang dapat membuatku nyaman.

Aku tersenyum simpul. Mengingat kebodohanku untuk mencintai dirinya. Mencintai sosoknya itu. Mungkin saat masa ini bisa diputar, aku akan memilih untuk tidak menjadi seorang yang seharusnya menemani dirinya saat suka maupun duka. Aku tidak ingin menjadi sahabatnya.
Terlalu sakit hatiku, dia memang menyukaiku. Bukan karena diriku. Bukan karena seorang Son Naeun!! Dia menyukaiku sebagai salah satu fansnya yang tiap hari memberinya sepucuk surat dengan kata kata indah disetiap baitnya.

Ponselku bergetar hebat disaku rok-ku. Eummm??? Eomma??

                “eomma….”
                “besok??”
                “secepat itukah….??”
                “arraseo…”

Menatap matahari yang terbenam indah didepanku. Kini langit langit jingga itu telah menghilang bersama matahari. Kelap kelip bintang itu terlihat begitu indah diatasku. Terlihat bahagia saat aku melihatnya. Ya…Bahagia…berlawanan dengan perasaanku saat ini….


Hyeyeon –sahabatku itu masih memegang tanganku kuat kuat. Butiran bening itu sejak tadi sudah meluncur deras dari matanya. Memelukku. Membenamkan wajahnya.
                “Kenapa kau tidak memberitahuku kau akan pindah ke Paris? Apa kau tidak menganggapku sebagai sahabatmu lagi? Siapa yang akan menemaniku menonton Super Junior saat mereka menggelar konsernya? Siapa yang menemaniku berteriak teriak di kelas?? Siapa yang…hiksss…..hyaaaaa Naeun-a…..!!!”
Tangisnya. Mengusap air matanya kasar. Kami memang terlalu lama bersama. Bahkan sebelum diriku mengenal seorang Kim Myungsoo. Hyeyeon, dia adalah satu satunya orang yang mengetahui perasaanku pada Myungsoo…
                “kapan kau akan kembali ke Seoul?”
                “aku tidak tahu…”
                “kenapa seperti itu??”
                “abeoji mendapat pekerjaan tetap disana…”
                “lalu bagaimana dengan dia…??”
                “dia sia…..Myungsoo??”

Menganggukan kepalanya cepat. Aku menarik nafas dalam dalam. Ini tidak akan mudah. Semalaman aku menangis. Tidak, seharusnya aku tidak menangisi ini semua. Seharusnya aku berterimakasih, setidaknya dengan aku pergi dari sisinya aku bisa mmbuang perasanku ini jauh jauh. Bukan melupakannya, karena dia….. akan selalu di hatiku.
                “kau tidak memberitahunya bahwa kau akan pergi? Kau tidak mengungkapkan bahwa seseorang yang selalu member surat itu kau? Kau tidak mengungkapkan perasaanmu padanya? Kalau kau mencin-”
                “Tidak!!” potongku cepat
                “aku tidak akan menemuinya, hatiku akan goyah saat aku menatapnya. Lee Hyeyeon-a…. aku Naeunp kau mengerti diriku. Satu jam lagi aku akan pergi…”


Eomma menatapku dalam dalam. Mengenggam tanganku kuat kuat. Mengelus elus pucuk kepalaku.
                “Aku tau kau mencintainya….”
                “tidak eomma…”
                “aku tidak pernah memaksamu untuk ikut bersamaku Naeun…kau sudah dewasa. Dan eomma tidak akan memarahimu…”

Eomma beranjak dari kursi tunggu airport. Tersenyum padaku lalu berjalan pergi. Aku tidak bisa seperti ini. Aku juga tidak ingin meninggalkan eomma sendiri. Tidak. Tapi aku juga tidak bisa tanpa dirinya. Beranjak dari kursiku. Memantapka hatiku....aku harus percaya pada diriku sendiri…Son Naeun!!

~Your Letter~

Kenangan kenangan itu berputar putar di kepalaku, tentang masa masa dulu hingga bagaimana aku sekarang. Tujuh tahun yang lalu, hatiku benar benar dijungkir balikkan. Dengan beberapa pilihan yang jatuh dan membuat hatiku bimbang. Namun sekarang, aku tahu aku memilih sesuatu yang benar. Tidak ada seonggok penyesalan yang mengganjal lagi.
Lautan Jingga itu semakin lama semakin menghitam bersamaan dengan hilangnya sang surya. Biasan cahayanya sudah menghilang. Kelap kelip bintang perlahan datang berkumpul bagaikan pasukan yang siap berperang.

Sorot mataku menangkap seorang bocah laki laki kecil yang berlari lari kearahku. Bocah dua tahun itu tertawa tawa saat mengetahui seorang laki laki dewasa mengejarnya. Sudut bibirku naik. Tersenyum kearah mereka.
                “umma~” panggil bocah itu. Aku mengulurkan tanganku padanya. Dia tertawa.
                “aaawww….!!” Ringis Myungsoo saat aku cubit lengannya. Laki laki itu, Kim Myungsoo. Mengerucutkan bibirnya –kesal.
                “kenapa kau mengejar SooJin? Ini sudah malam tuan Kim!!” teriakku. SooJin –bocah laki laki yang ada di gendonganku itu tertawa tawa saat melihat ummanya memarahi ayahnya.
                “Naeun-a….SooJin tidak mau makan….” Ujar Myungsoo membela dirinya. “ayolah Naeun~ jangan marah padaku…. Bukankah kau mencintaiku? Kau bahkan mengirim beberapa surat kaleng padaku tujuh tahun yang lalu, kenapa kau sekarang seperti ini…???”
                “mwo??!! Aisshh….” Aku memukul bahunya keras. Dia menyeringai kecil, merebut SooJin dari gendonganku. Berlari menuju rumah tepi pantai kami.

Aku sudah bilang bukan? Aku tidak memilih sesuatu yang salah, sekarang. Aku bisa bersama Myungsoo dan SooJin. Bukankah itu kebahagian dari tuhan yang tiada tara??

***
(Author’s POV)

EPILOG

Laki laki itu membuka surat yang setiap pagi masuk kelokernya itu hati hati.
                “Hatiku diam membeku saat kau tidak mengenali diriku. Kau ada didepanku setiap saat, tertawa bersamaku setiap saat, menghabiskan waktu bersama. Tapi seberapa waktu itu terlewati tidak cukup bagiku untuk mengungkapkan sosokku. Aku takut, aku takut kau akan menghilang –menghindari dariku saat tau perasaan ini….
                Kenapa kau tidak mencoba bertanya pada dirimu sendiri? Terkadang hati akan lebih peka dibanding dengan pikiranmu… Kim Myungsoo.
                Ahh benar, sepertinya aku akan pergi…bukan untuk menghindarimu tapi aku akan mencoba menghilangkan perasaanku ini padamu. Hingga waktunya tiba, saat hati ini tidak tergantung lagi padamu, aku akan menemuimu,…mengungkapkan semuanya padamu…”

Myungsoo menekan dadanya sakit. Bagaikan ditonjok. Nyeri yang ada pada hatinya sungguh membuat dirinya bernafas saja sulit. Surat yang sama. Tapi tidak biasa, surat itu ada pada laci tempat duduknya.
Myungsoo menatap luar dari jendela kelasnya. Dia tahu sejak lama, dia berbohong saat bilang dia tidak mengetahui siapa pengirim surat ini. Surat yang selalu ada di lokernya sejak satu tahun yang lalu. Dia tahu. Hanya ada perasaan takut di dalam hatinya. Dia bingung apakah dia mencintainya atau tidak.

Hyeyeon berlari kearah Myungsoo, menggebrak meja laki laki itu kasar.
                “Myungsoo!! Seharusnya kau tahu….maksudku kau harus tahu semuanya. Surat yang ada di lokermu itu…surat yang setiap hari kau baca….itu…itu dari Naeun….!!”
                “aku tahu…” jawab Myungsoo pendek.
                “m-mwo?? Myungsoo pabo!! Lalu kenapa kau tak mencoba mengejarnya sekarang? Kau tahu sekarang dia mau pergi ke Paris?? Meninggalkan Seoul!!”

Myungsoo beranjak dari kursinya, menatap Hyeyeon dengan tatapan ‘tidak mungkin’ namun Naeunpan itu harus di buang mentah mentah karena ekspresi Hyeyeon benar benar serius. Dia bodoh!! Bukankah Naeun sudah menuliskan di suratnya kalau dia akan pergi??


Laki laki itu berlari, tidak peduli dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Menyusuri airport yang tidaklah kecil itu.
                “Pesawat ke Paris, apakah sudah lepas landas..??” tanyanya kalut pada salah satu staff. Staff perempuan itu menganggukkan kepalanya.
                “ya, sekitar lima menit yang lalu….”

Myungsoo berjalan gontai, terlambat. Dia terlambat untuk menyadari perasaannya sendiri. Terlambat untuk menghentikan Naeun. Terlambat untuk mengungkapkan kalau dia juga mencintainya..
                “Myungsoo??”
Bodoh! Bagaimana bisa aku berhalusinasi?? Bahkan mendengar suara Naeun. Pikir Myungsoo. Namun sedetik kemudian dia membalikkan tubuhnya. Pupil matanya membesar saat melihat perempuan itu disana. Son Naeun!!
                “Ha-Naeun? Bagaimana bisa kau…??”
                “mana mungkin aku pergi sebelum aku mengucapkan selamat tinggal padamu??”

Myungsoo berlari kearah Naeun. Menarik tubuh perempuan itu kuat kuat. Lalu menjitak kepala Naeun cukup keras.
                “Yaaa…!! Apa yang kau lakukan…??”
                “Kau! Aku tidak mengijinkanmu mengucapkan selamat tinggal padaku!! Kau harus menemaniku disini, hingga akhirnya tiba aku harus pergi dari dunia ini…”

THE END ^^

1 komentar:

Unknown mengatakan...

anyeonghasaeyeo ... eonie maaf ganggu, aku mau tanya eonie yang bikin ff "the forest of vampire"?

kalu iia, mau nnya ff itu sampe chapter berapa? aku baru smape chapter 6, boleh minta link wat baca chapter selanjutnya ga eon?

ppppllleeeaaassseee .....

Posting Komentar